Minggu, 11 Desember 2011

My Future

Selamat pagii....
Mesti semangat neh pagi-pagi mahh. Dimulai dengan kegiatan dan rutinitas dirumah. Bangun pagi, solat subuh, beres-beres kamar, mandi trus berangkat ngantor. Aktivitas yang mesti terus dan terus dirutini .
Liat bapa-bapa pemulung tadi yang lagi mengais rezeki di tumpukan-tumpukan sampah rada maluu juga, bapa pemulung itu begitu semangat mencari seuap nasi untuk keluarganya walaupun bau dan rasa jijik dirasakannya dan memang sudah terbiasa. Yah.. dari tumpukan sampahlah rizkinya. Walaupun sampah itu kotor, bau, banyak penyakit, tapi mencari rizki diatas tumpukan sampah bukan hal yang menjijikan selama cara yang dilakukan halal., tetap mulia. Kadang kita memandang suatu pekerjaan dilihat dari apa yang menjadi objek pekerjaan tersebut, bukan dari proses mengerjakan pekerjaan tersebut yang terkadang ada unsur-unsur kemuliaan dari proses mengerjakannya. Pemulung secara tidak langsung adalah pahlawan lingkungan hidup yang jauh dari penghargaan dan rasa hormat warga negara ini. Pekerjaan yang dianggap "kotor" dan tabu untuk bergelut dengan sampah menjadikan imagenya demikian.
Pemulung memisahkan sampah organik dan non-organik yang sungkan dilakukan oleh orang-orang seperti kita, dan membantu pemerintah untuk mengurangi sampah daur ulang dan mengurangi beban negara untuk mengeluarkan biaya guna memilih sampah-sampah tersebut. Tuhh kan banyaknya jasa para pemulung itu,,
Ayo, mulai sekarang kita mesti apresiasi, dan kalo bisa para pemulung-pemulung tersebut dimanage menjadi PNS misalkan, diberi seragam atau apalah, yang jelas agar mereka sejahtera dan kehidupan serta status mereka jadi "naik daun". Setidaknya tidak akan ada oknum pemulung yang menyalahgunakan statusnya untuk mencuri atau berperilaku kriminal yang mengatasnamakan profesi mereka.

Sabtu, 03 Desember 2011

Dilema Part II

Restu oran tua adalah segalanya. Itu adalah pelajaran berharga bagi hidup ini. Ridho Allah kan ridho nya ortu bukan??? Hmm...
Bukan maksud ingin menyesal atau tidak bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada hidup ini. Tapi kadang kita perlu untuk interospeksi kesalahan atau kebenaran apa yang telah kita lakukan untuk hidup.
Tidak semua yang kita nilai baik itu adalah baik. Tidak semua yang kita nilai halal dinilai halal pula. Tidak semua yang kita nilai akan barokah akan barokah juga. Kesalahan penilaian tersebut bisa saja berubah karena restu orang tua yang bisa menjadi restu Allah juga. Tapi itu baru “mungkin” lho ya... Bisa jadi salah penilaian itu adalah cobaan sejauh mana kita bertahan, sejauh mana kita merasakan apa ada “something wrong” dengan kehidupan kita ini?? (khususnya saya). Sejauh mana kepekaan kita untuk “berubah” dan “mencari kebenaran”.
Yap,, lagi-lagi restu menjadi nomor satu.
Bekerja menjadi seorang pendidik yang sudah pasti itu adalah pekerjaan mulia di mata Allah dan manusia yang dinilai (lagi-lagi nilai) akan menjadikan hidup ini barokah dan berguna bagi orang lain ada saja halangan, rintangan dan bahkan tragedi yang tidak disangka-sangka karena ortu tidak merestui (khususnya seorang ibu). Lain dengan pilihan beliau yang dinilai (lagi nilai) tidak masuk akal, caranya kurang baik, tidak disukai, penuh dengan instanisasi (bahasa baru), dll yang penuh dengan kenegatifan pokoknya tetapi beliau ridho dan mungkin Allah juga ridho (belum ketemu dan terpikir alas an ridhonya dmana) selalu dimudahkan dan dilancarkan hingga tahap akhir.
huft...  Apa ya namanya ini??? bingung saya !
Meninggalkan dunia yang sudah mulai saya cintai demi kebahagiaan ortu dan mengharap ridho mereka pilihan suliiiitttt pisan (buat sekarang). Hingga banyak air mata yang keluar selagi berpikir jalan keluar dan pilihan mana yang akan dipilih.
Tapi sekarang karena tidak meridhonya (bahasa rada ganjil) mereka ada sebuah tragedi yang tidak disangka-sangka yang membuat mesti meninggalkan dunia itu pilihan pun jatuh pada pilihan ortu. Tuhh kan jalanamah ti manaaa weee....
Astaghfirullah....
Perpisahan pun dilakukan dengan anak-anak dan dunia yang dicintai. Tanpa ritual apapun. Hanya diri sendiri yang tau bagaimana rasanya ini. Sedih banget, setiap hari bareng mereka, setiap hari ketawa-kesal-ngedumel-popolotot-ngomel-naik turun tangga-tugas ABCD-nyari yang pada ngumpet-mengartikan kemauan-bercanda di lapangan dan makan siang bersama TIDAK ADA LAGI.
Satu kesempatan istimewa dan nikmat yang tidak terkira di dalam dunia itu. Menjadi sebuah kesempatan yang mungkin untuk kedepannya tidak aka berulang (wallahu’alam).
Mendengar rengekan-rengekan mereka di saat-saat terakhir hanya membuat makin beraaattt hati ini untuk melangkah pulang dan menyerahkan tugas. Peluh yang dikeluarkan tidak sama banyak dengan kebahagian yang dirasakan sesudahnya.
Ini aadalah perjalanan hidup dan episode yang sudah dijalani. Episode “kesalahan terindah” mungkin kalo dijudulin mahh.. yang jelas bukan merupakan kesalahan beneran yang mendatangkan dosa dan madarat tapi hanya mengistilahkan saja karena terganjal restu ortu.
Begitu manisnya mereka (balik lagi ke bahasan sekolah)dan begitu tulusnya mereka yang  terbkti dari kado dan bingkisan yang mereka beli-bungkus-tulis-dan diberikan dengan malu-malu.Ya Allah...
Hingga status FB pun di tulis “Wednesday blue...Thanks, very thanks for your attentions, your presents and everything for All my childs. Your gift is your akhlakul Karimah.So sad and so cry today. But i believe someday we’ll meet at the time and better condition Insya Allah. I Love U”
Hmmm.... Tidak dapat mereka ditukar dengan apapun. Tidak dapat mereka dibayar dengan berapapun. Senakal-nakalnya mereka pasti ada nangisnya kok. Anak-anak.

Menangis pun dimulai lagi dehh.... hiks...